Aksi protes tentang rencana kenaikan BBM kembali terjadi. Sebagai bentuk protes, enam orang pemuda merusak foto presiden Susilo Bambang Yudoyono yang terpasang di salah satu pilar Gedung Nusantara III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pada Rabu sore (14/3).
Karena kurang pengamanan, enam orang pemuda yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), melepas paksa foto SBY yang terletak di lobi dan sengaja menjatuhkan foto berukuran 1 x 1,5 meter tersebut hingga pigura dan kacanya pecah.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Primo Budi Santoso, sangat menyangkan aksi mahasiswa tersebut. Menurutnya, semua warga negara tetap harus menghormati kepala negara, terlepas dari pro-kontranya atas kebijakan yang telah diberikan.
"Foto pak SBY harus dihormati. Saya tidak simpatik kalau caranya mencederai rasa hormat kepada kepala negara. Kemukakan protes dengan bahasa keras silahkan. Tapi jangan itu (pengerusakan foto SBY) dilakukan," kata Primo seperti dikutip dari kompas, pada Rabu (14/3).
Wakil Sekjen Partai Demokrat, Ramadhan Pohan, mengeluarkan opini yang lebih tegas. Dia meminta polisi untuk bertindak tegas dalam kasus ini. "Itu aksi yang tak bisa diterima. Tanpa perlu menunggu aduan masyarakat, polisi harus segera bertindak. Aksi perusakan dan pelecehan simbol negara tak bisa dibiarkan. Jangan dicuekin dan diremehkan," kata Ramadhan seperti dikutip dari tribunnews.
Pemerintah adalah perwakilan Tuhan, jadi terlepas dari pro-kontra kita terhadap kebijakan yang diberikan, kita harus tetap menunjukan rasa hormat kepada mereka.
Di satu sisi, idealisme para mahasiswa dan sifat mereka yang frontal saat menyampaikan aspirasi adalah hal yang positif, namun sebagai perwakilan orang yang berpendidikan, mereka seharusnya bisa mengungkapkan aspirasinya tanpa melakukan aksi perusakan. Anarkisme bukanlah karakteristik dari mahasiswa.
Sumber : kompas-tribunnews